Kerapian Adalah Masalah Sekolah

Laporan: ENDANG S TORINA, S.Pd 
Email: putra_petualang59@yahoo.com
(Guru SM-3T UNIVERSITAS RIAU) 

Wamena, 02 Juni 2015 : Pada dunia pendidikan, guru bukan hanya membina siswa/siswi pada ilmu pendidikan, tetapi juga membina pada kerapian berpakaian khususnya ke sekolah. Oleh karena itu, sekolah membuat suatu aturan ketentuan berpakaian rapi ke sekolah. Bagaimana siswa dapat dikatakan rapi? Sesuai dengan aturan atau ketentuan yang di buat sekolah, maka siswa yang rapi adalah siswa yang berpakaian seragam sekolah (yang ditentukan sekolah).

Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan untuk siswa/siswi. Sekolah merupakan tempat anak untuk mencari dan menambah ilmu pengetahuan. Sekolah terdiri dari pendidik (guru) dan anak didik (siswa/sisiwi). Setiap sekolah mempunyai aturan-aturan yang harus dipatuhi oleh siswa. SMP Negeri 3 Wamena mempunyai siswa/siswi berjumlah 297 orang. Sekolah ini mempunyai aturan atau ketentuan, salah satu diantaranya adalah ”Berpakaian Rapi” sebagai aturan untuk mengatur segala aktivitas/ kegiatan siswa di sekolah agar dapat mewujudkan tujuan pendidikan Indonesia seperti dikehendaki Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945.

Pelaksanaan ketentuan (aturan) yang telah ditetapkan, maka siswa/siswi menampakkan lahiriah yang bersih dan rapi. Berpakaian rapi maksudnya siswa/siswi memakai pakaian seragam yang ditentukan sekolah. Siswa/siswi yang tidak berpakaian rapi adalah siswa/siswi yang tidak memakai pakaian seragam dapat dikatakan siswa tidak rapi.
 
Walaupun sudah ada aturan ketentuan yang ditetapkan sekolah, tetapi setiap harinya masih ada siswa/siswi yang tidak rapi. Maka hal ini masih dianggap menjadi suatu masalah dalam sekolah, walaupun sudah ada aturan ketentuan yang telah ditetapkan sekolah.
 

Setiap paginya saat apel sebelum masuk kelas, siswa tanpa sepatu, baju yang tidak dimasukkan, dan kancing yang lepas-lepas, berbaris di barisan tersendiri di depan teman-teman mereka. Bersiap menerima hukuman kerja kebun –istilah untuk pekerjaan di lahan yang harus mereka lakukan–, di jam pertama sebelum mereka diperbolehkan memasuki kelas.
 
Dan setiap harinya tidak berkurang sedikitpun jumlah anak yang berbaris di barisan khusus itu. Entah hukuman itu tidak ada efek berartinya bagi mereka, atau bahkan mereka telah terbiasa mempertahankan ketidakrapian berpakaian sejak kecil. Sehingga untuk mengubah mereka berpakaian rapi dan sekedar enak untuk dilihat, itu sulit.
Jadilah budaya ‘berbaju preman’ di sekolah ini telah mendarah daging dari kelas IX hingga anak baru yang dikatakan masih polos dan mengikuti kebiasaan kakak kakak kelasnya, mereka anak-anak SD yang telah menginjak kelas VII. Aku cukup prihatin.
 
Dari hal-hal kecil ini, banyak hal disimpulkan. Terjawabnya pertanyaan mengapa papua jauh tertinggal, susah maju seperti daerah lain, karena dari hal-hal sekecil mendisiplinkan anak berpakaian rapi saja menjadi masalah yang  sangat rumit.

0 Response to "Kerapian Adalah Masalah Sekolah"

Post a Comment