Alam jadikan guru

Reby Oktarianda, S.Pd
Coordinator SM3T UR Jayawijaya/Guru SMP Negeri 4 Wamena

Persiapan sudah selesai, time is teaching *semangatpagi

“Pagi anak”, kata ku di awal masuk pelajaran.
“Pagi Bapak guru” jawab sang anak dengan penuh semangat. Menandakan mereka siap menerima pelajaran dengan semangat.

Tidak mau kalah dengan anak, aku pun terbakar semangat *lebay

“Siap belajar pagi ini”? kata ku.
“Siap Bapak guru” sambut sang anak.

Hari itu aku memberikan pelajaran di kelas VII mengenai pencemaran lingkungan hidup dan dampaknya bagi makhluk hidup. Alat dan bahan pelajaran sudah ku siapkan semua dengan baik.

Layaknya demo yang sedang memasak meyakinkan pembeli, begitu juga diri ku di depan anak-anak. Model pembelajaran yang ku gunakan adalah model pembelajaran langsung. Guru mendemonstrasikan pembelajaran dengan alat dan bahan yang sudah tersedia di meja. Alat dan bahan yang digunakan saat itu ada sampah rumah tangga (plastik/non-organik, organik, dan kertas) oli kotor, air, dan gelas kimia.
   

     Gbr 1. Alat dan bahan pelajaran

Alat dan bahan yang sudah disiapkan tersebut langsung ku campur ke dalam 3 gelas kimia yang berisi air. Gelas kimia A berisi air, ku campur dengan sampah rumah tangga. Gelas kimia B berisi air, ku campur dengan oli kotor dan gelas kimia C berisi air tidak dicampur bahan lain. Setelah selesai dicampur, sebagai guru diri ku langsung menganalogikan bahwa air yang di dalam gelas kimia tersebut adalah kali (sungai). Harapan agar nalar mereka bermain. Tidak lama setelah itu, satu per satu anak-anak mulai mengeluarkan pendapat mereka yang polos.

“Bapak guru saya tidak suka itu air dicampur dengan sayur dan oli, kitorang (kita orang) tidak bisa mandi toh”. Ungkap Pilemon salah satu murid ku.
“Benar Bapak guru, kitorang juga tidak bisa cuci ipere (salah satu jenis sayur), kol, wortel, labu, kentang, sawi, dan kentang buat makan dan jual”. Sambung Judas tidak mau kalah dengan pilemon.

Jawaban mereka sungguh alami dan membuat ku tersenyum. Walau sederhana materi pembelajaran tersebut memberi arti tersendiri bagi ku sebagai seorang pendidik. Bermakna. Itulah arti pelajaran yang ku dapat bersama mereka hari itu.
“Aiiii, anak Bapak guru pintar semua eeeee (dialek/logat lokal papua)”. Kata ku sembari menepuk tangan memberikan respon positif ke anak-anak.
Apa yang anak-anak katakan benar semua. Untuk lebih tahu lagi, aku mengajak anak-anak ke kali yang ada di sekitar sekolah.

“Ayo anak-anak sekarang juga ikut Bapak ke kali Elagaima”. Ajak ku kepada anak-anak.

Tiba di kali Elagaima, aku juga memberikan tambahan pelajaran mengenai lingkungan khususnya sungai pada saat itu. Memanfaatkan media/sumber pelajaran secara langsung sangat memberikan nilai positif ke peserta didik. Karena dengan begitu, sang anak bisa merasakan bahwasanya belajar bukan hanya didalam ruangan persegi namun juga bisa di ruangan terbuka/alam.

Ya, alam terkembang jadikan guru.



Gbr 2. Alam jadikan guru

0 Response to "Alam jadikan guru"

Post a Comment